Pada suatu hari minggu, seorang pendeta tampak tergesa-gesa dan memanggil seorang tukang ojek. Rupanya ia hendak ke gereja menghadiri kebaktian dan saat itu ia sudah hampir telat. Di saat yang bersamaan seorang ustadz muda dari FPI saat itu juga hendak menghadiri acara taklim dan kebetulan mereka searah dalam perjalanan. Beberapa saat kemudian, ojek yang ditumpangi si pendeta tampak berada agak jauh di belakang ojek si ustadz. Lalu ke dua ojek tersebut masing-masing melaju semakin cepat dan karenanya seakan terlihat seperti saling mengejar pula.
“Bang, cepetan sedikit bang.. sudah telat nih..”, sahut si pendeta cemas sambil menepuk-nepuk punggung tukang ojeknya. Si tukang ojek pun merespon lalu menambah kecepatan. Akhirnya jarak antara kedua ojek itu tinggal beberapa meter. Lalu dengan penuh semangat si pendeta menyuruh tukang ojeknya untuk menyalib atau mendahului ojek si ustadz FPI itu.
“Hayoo. Bang.. Salib ojek di depan itu..” kata si pendeta sambil menunjuk-nunjuk menyuruh ojek yang membawanya agar mendahului ojek yang ditumpangi si ustadz muda. Dengan menancap gas akhirnya ojek si pendeta berada tepat semeter dekat samping kanan ojek si ustadz. Lalu dengan semakin semangat si pendeta pun berkata..
“SALIB bang.. SALIB..!” ujar si pendeta keras sehingga sempat terdengar dan membuat kaget si ustadz FPI. Karena si ustadz dan tukang ojeknya sempat kaget, mereka pun berhasil didahului. Tepat disamping ojek si ustadz, si pendeta kembali berteriak-teriak penuh semangat seakan menang balapan.
“SALIB.. SALIB.. SALIB..!” seru si pendeta keras-keras sambil menunjuk-nunjuk.
Bukan main kagetnya si ustadz FPI. Apalagi melihat ‘seragam’ penumpang ojek yang mendahului mereka itu amat tidak asing baginya.
“Wah itu kan pendeta….” gumamnya dalam hati mulai ‘panas’, apalagi dengan tambahan kata-kata ‘salib’ tadi. Merasa ditantang balapan ojek sekaligus tersinggung, si ustadz muda tidak kalah semangat menepuk punggung tukang ojek yang ditumpanginya.
“Hayo, cepat kang.. buru.. Sikat..”, sahutnya. Merasa tak mau kalah dengan ojek si pendeta, ia pun menancap gas kuat-kuat dan akhirnya berhasil melewati ojek si pendeta yang tadi berhasil mendahului mereka. Tepat saat akan mendahului, dengan suara keras, si ustadz muda sambil mengepal-ngepalkan tangannya terus berseru-seru…
“ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR!!”
0 komentar:
Posting Komentar